Bismillah
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ
Seandainya kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah datangkan kepada mereka (Al-Qur'an yang menjadi) pelajaran mereka tetapi mereka berpaling dari pelajaran itu. (QS. Al-Mu'minun/23:71)
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah [الله] memperbaikinya. (QS. Al-A’raf/7:56)
Ketika habitat suatu ekosistem terganggu, maka sudah menjadi ketentuan الله ekosistem itu akan menyeimbangkannya, kecuali الله berkehendak lain. الله telah menetapkan qodar bumi ini dengan 1/3 (30%) daratan dan 2/3 (70%) lautan. Jika ada panas berlebih, maka air dari lautan akan mendinginkannya baik dalam bentuk uap, embun, hujan, salju, atau es. Jika jumlah oksigen berkurang dalam jumlah besar, maka akan diseimbangkan dari pecahan partikel air di lautan hingga jumlah oksigen mencukupi (hingga setinggi 7 km dari permukaan laut). Jika merebak kezholiman di muka bumi, maka akan diseimbangkan oleh para hamba-hamba الله yang tetap lurus dalam kebenaran. Proses penyeimbangan (balancing) ekosistem terjadi pada semua makhluq ciptaan الله, termasuk manusia, kecuali si manusianya berkehendak merusak keseimbangan itu.
Ekosistem manusia bukan hanya yang besifat jasadiyah, tetapi juga yang bersifat ruhiyah dan sistemiyah. Ketika manusia melakukan dosa di awal-awalnya, keseimbangan jiwanya terganggu, dipenuhi khawatir dan rasa bersalah. Tetapi jika si manusia tetap memilih perbuatan dosa, maka lambat laun terkondisikan dengan keseimbangan baru bahwa baginya dosa tak masalah. Begitu pula jika diberlakukan pada ekosistem yang lebih luas, seperti dalam bermasyarakat. Jika perbuatan dosa sudah menjadi biasa (budaya) dalam suatu masyarakat, mereka membuat keseimbangan baru bahwa hal itu bisa ditolelir juga dilestarikan. Bahkan untuk tingkat lebih luas lagi, dalam bernegara, pun sama. Jika suatu dosa dilegalisasi, maka rakyatnya menganggap dosa itu diperbolehkan, karena negara melegalkannya. Ini adalah fasad (kerusakan) yang amat parah.
Ketika habitat ekosistem yang fasad berusaha merusak timbangan, maka الله memberlakukan hukumNya agar manusia tak mengurangi timbangan. Ketika habitat ekosistem yang fasad berusaha merusak nasab dan genetik, maka الله memberlakukan hukumNya melarang fahisyah agar manusia tak berzina. Ketika habitat ekosistem yang fasad berusaha merusak sistem perekonomian, maka الله memberlakukan hukumNya agar manusia tak melakukan transaksi ribawi, bahkan memeranginya. Ketika habitat ekosistem yang fasad memperkuat diri dengan melegalisasi perbuatan dosa, maka الله memberlakukan system bernegara yang diridhoiNya. Ketika habitat ekosistem yang fasad membentengi diri dan membela diri dengan pengkultusan para tokoh ('ulama dan penguasa), maka الله mengembalikan kemurnian ajaran tawhid dengan hanya mengkultuskan الله.
Setiap penyakit الله berikan penyembuhannya. Setiap maksiat الله berikan jalan tawbatnya. Setiap kerusakan الله berikan jalan perbaikannya. Tetapi mayoritas manusia sungguh durhaka terhadap Robbnya, lebih memilih meneruskan perbuatan dosa ketimbang bertawbat dan melakukan islah perbaikan. Bahkan tak segan-segan merusak keseimbangan yang telah الله berlakukan, dan membuat keseimbangan baru versi syahwat dosanya.
Tetapi tak semua manusia seperti itu, walaupun mayoritas memang seperti itu. Ada kelompok minoritas yang الله pilih untuk terus melakukan perbaikan. Kelompok ini akan selalu ada mulai dari masa nubuwah hingga berakhirnya kelompok mu'min terakhir yang dipimpin oleh Al-Mahdi. Mereka berusaha untuk tetap lurus di jalan yang الله ridhoi, dan menjauh dari jalan-jalan yang الله murkai. Mereka terus memperbaiki kerusakan, menyeimbangkan kekuatan para perusak dengan berbagai cara yang telah dituntunkan oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم. Manshuroh dari الله terus mengalir pada mereka, hingga mendapat manshuroh terbesar berupa kemenangan dibawah kepemimpinan Al-Mahdi. Kelompok kecil ini terus menyeimbangkan ekosistem dari kerusakan, merekalah kelompok kecil yang selamat hingga sampai di alam akhirot.
Firqotun-Najiyah (pecahan ummat Islam yang selamat) ini selalu ada di sepanjang zaman. Maka kenalilah mereka dengan sifat-sifat karakternya yang telah dijabarkan oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم. Bahwa generasi awal mereka (para shohabat nabi) hingga generasi akhir mereka (para pasukan Al-Mahdi), mereka memiliki karakter yang sama, perjuangan yang sama, manhaj (metode) yang sama. Mereka adalah orang-orang terasing yang selalu berbuat perbaikan ditengah manusia-manusia yang mayoritas melakukan kerusakan (kemaksiyatan, kemungkaran, kesyirikan, dan kekufuran).
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ، وَابْنُ أَبِي عُمَرَ، جَمِيعًا عَنْ مَرْوَانَ الْفَزَارِيِّ، قَالَ ابْنُ عَبَّادٍ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ، عَنْ يَزِيدَ، - يَعْنِي ابْنَ كَيْسَانَ - عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ " .
Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Mulanya Al-Islam [dalam keadaan] terasing, dan akan kembali jadi seperti mulanya, [menjadi] terasing. Maka beruntunglah bagi ghuroba (orang-orang yang terasingkan).” (Shohih Muslim, Kitab Al-Iman, No. 145)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، حَدَّثَنِي كَثِيرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَوْفِ بْنِ زَيْدِ بْنِ مِلْحَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ " إِنَّ الدِّينَ لَيَأْرِزُ إِلَى الْحِجَازِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا وَلَيَعْقِلَنَّ الدِّينُ مِنَ الْحِجَازِ مَعْقِلَ الأُرْوِيَّةِ مِنْ رَأْسِ الْجَبَلِ إِنَّ الدِّينَ بَدَأَ غَرِيبًا وَيَرْجِعُ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ بَعْدِي مِنْ سُنَّتِي " .
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ .
Rosululloh bersabda: “Sungguh, Ad-Din (Al-Islam) akan memacu [kembali] ke Hijaz seperti ular berpacu [kembali] ke lubangnya, dan biarkan mereka mengumpulkan Ad-Din dari Hijaz [seperti] perkumpulan al-Urwiyah dari puncak gunung. Sesungguhnya Ad-Din (Al-Islam) bermula terasing dan akan kembali terasing. Beruntunglah bagi Al-Ghuroba (orang-orang yang terasing), [yaitu] orang-orang yang perbaiki apa yang telah dirusak oleh manusia-manusia setelahku dari sunnahku!”
Berkata Abu 'Iysa (At-Tirmidzi): ini hadits hasan shohih. (Jami' At-Tirmidzi, Kitab Al-Iman, No. 2630)
Hadits serupa juga diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Az-Zawaid [16736], Al-Baghowi dalam Mu'jam Ash-Shohabah [1950], dishohihkan Albani dalam Silsilah Ash-Shohihah [1273].
Bersambung...
Kurniawan Ibn Sulthon Kholifah
Artikel ini adalah satu dari seri artikel-artikel yang aku tulis, berikut adalah serialnya:
Disaster ( https://ng-oprexer.blogspot.com/2023/05/disaster.html )
Human, A Universe ( https://ng-oprexer.blogspot.com/2023/05/human-universe.html )
Linked By Energy ( https://ng-oprexer.blogspot.com/2023/05/linked-by-energy.html )
Balancing Ecosystem <--- You're reading this ( https://ng-oprexer.blogspot.com/2023/05/balancing-ecosystem.html )
Destruction ( https://ng-oprexer.blogspot.com/2023/05/destruction.html )
Eternity ( https://ng-oprexer.blogspot.com/2023/05/eternity.html )
No comments:
Post a Comment