Satu diantara penyebab kenapa suatu AI bisa hebat adalah trainingnya. Semakin banyak data training maka semakin dia banyak memiliki pengalaman, seperti halnya manusia. Pada gambar adalah screeshoot aktifitasku di bulan agustus 20014, yang sedang mengumpulkan data-data (data mining) dari Google Translate secara otomatis. Dulu aku berhasil mengumpulkan dan saling mengaitkan kata-kata dari 10 bahasa berbeda, serta menganalisa Mind-Mapping dalam kalimat penggunaannya. Waktu itu penggunaannya hanya untuk aplikasi bahasa buatan sendiri, tetapi sekarang data seperti itu penggunaannya sangat luas, apalagi jika untuk AI.
Dulu bukan cuma mengumpulkan data kata-kata, tetapi juga map bumi. Beberapa yang berhasil aku sedot adalah Google Map dan Ovi Map. Sekarang ini sangat banyak data-data map lain, diantaranya map contour bumi dan map bathimeter. Hanya dengan berbekal data dan analisa dari map-map ini, suatu AI akan mampu menjelajah bumi tanpa panduan satelit-satelit GPS, asal dia dilengkapi berbagai macam sensor.
Hanya dengan berbekal data-data seperti ini saja suatu AI sudah bisa terukur kehebatannya dalam memanfaatkan data. Apalagi jika data-data itu berasal dari Big Data seperti yang dikumpulkan Google, atau data-data percakapan serta postingan status dari FB. Jika hanya ingin mendapatkan analisa emosi di suatu region, pastilah dapat. Atau mendapatkan analisa keamanan di suatu region, pun pasti dapat juga. Coba lihatlah apa isi postingan status di FB, rata-ratanya adalah uneg-uneg celoteh para penggunanya. Analisa data seperti ini jika dijual kepada suatu pemerintahan, atau bahkan kepada suatu institusi non-pemerintah, nilainya amat mahal.
Banyak orang yang menganggap remeh hal ini, padahal ia (analisa-data) adalah senjata amat mematikan. Dan orang-orang rela menjadi volunteer yang dengan suka-rela membantu FB, atau Tweeter, atau lain-lainnya sejenis mereka, untuk menyumbangkan data. Coba lihatlah dan bacalah efek dari ini semua, karena banyak rezim penguasa yang berjuang untuk orientasi pribadi dan orientasi kelompoknya. Rezim-rezim penguasa melangkahkan bidak-bidak caturnya berdasar pertimbangan analisa data. Sedangkan rakyat, terus berceloteh di media-media sosial.
Masih belum juga menangkap fenomena ini? Bayangkan anda sedang ikut dalam suatu proses survey perusahaan, dan hasil survey itu akan menjadi pertimbangan langkah perusahaan untuk bisnisnya. Para peserta survey biasanya mendapat bayaran sebagai balasan dari perusahaan. Tapi dalam media sosial, atau apps lainnya, pernahkah terpikir "kenapa mereka menyediakan itu semua gratis?". Bahkan Google menyediakan bergiga-giga Byte bagi siapa saja. Mereka itu para surveyor, sedangkan para pesertanya adalah para penggunanya. Mereka menjual data dan analisa, serta memanfaatkannya, sedangkan para peserta tetap tak menyadari keikut-sertaan mereka.
Pikirkanlah baik-baik apapun yang hendak disebarkan di media sosial, bahkan hanya sekedar status WA. Karena apapun yang ditumpahkan di sana pasti dianalisa oleh AI para penyedia jasa itu.
No comments:
Post a Comment